Menolong tanpa Pamrih ala Bodhisattva

Dalam ajaran Mahayana, salah satu ciri khas seorang Bodhisattva adalah tekad mulianya untuk menolong semua makhluk tanpa memikirkan keuntungan pribadi. Sikap ini disebut anupalambha atau memberi tanpa pamrih, yang lahir dari welas asih dan kebijaksanaan mendalam.

Bagi seorang Bodhisattva, menolong bukanlah sarana untuk mendapatkan pujian, balasan, atau status, melainkan ekspresi alami dari hati yang penuh welas asih. Ketika melihat penderitaan, Bodhisattva tidak berpikir, “Apa untungnya bagi saya?” melainkan “Apa yang bisa saya lakukan agar makhluk ini terbebas dari penderitaan?”

Menolong tanpa pamrih berarti melampaui keinginan pribadi. Seperti matahari yang bersinar tanpa membedakan siapa yang layak menerima sinarnya, demikian pula Bodhisattva menebarkan kebaikan kepada semua makhluk tanpa pilih kasih. Bahkan kepada mereka yang mungkin tidak bersyukur atau bahkan membalas dengan kebencian, Bodhisattva tetap menolong karena tujuannya bukanlah balasan, melainkan kebaikan itu sendiri.

Dalam praktik sehari-hari, umat dapat meneladani sikap ini dengan cara-cara sederhana. Membantu orang tua tanpa mengharap pujian, menolong teman tanpa meminta balasan, atau melakukan kebajikan secara diam-diam agar yang ditolong benar-benar merasakan manfaatnya. Menolong tanpa pamrih juga berarti menolong dengan bijaksana, bukan sekadar mengikuti keinginan orang lain, melainkan benar-benar memahami apa yang membawa kebaikan sejati bagi mereka.

Sikap ini selaras dengan praktik pāramitā, khususnya dāna pāramitā (kesempurnaan kemurahan hati). Dengan memberi tanpa pamrih, seorang praktisi Mahayana melatih batinnya agar terbebas dari kelekatan, sekaligus menumbuhkan welas asih yang murni.

Menolong tanpa pamrih ala Bodhisattva bukan hanya soal memberi sesuatu kepada orang lain, tetapi juga soal membentuk hati yang tulus, sabar, dan penuh kasih. Inilah jalan yang membawa kedamaian bagi diri sendiri sekaligus kebahagiaan bagi semua makhluk.