
Melatih Konsentrasi (Dhyana Paramita) ala Bodhisattva
Dalam tradisi Mahayana, Dhyana Paramita atau kesempurnaan konsentrasi adalah kemampuan menjaga ketenangan dan kejernihan batin melalui meditasi. Seorang Bodhisattva melatih konsentrasi bukan sekadar untuk dirinya sendiri, tetapi agar ia mampu menumbuhkan welas asih dan kebijaksanaan yang lebih dalam demi menolong makhluk lain.
Konsentrasi ibarat sebuah pelita yang menuntun kita di tengah kegelapan pikiran. Tanpa konsentrasi, batin mudah tercerai-berai, terombang-ambing oleh keinginan, amarah, atau kegelisahan. Dengan melatih konsentrasi, batin menjadi tenang seperti permukaan danau yang jernih, sehingga kebijaksanaan bisa memantul dengan jelas.
Latihan Dhyana Paramita biasanya dilakukan lewat meditasi. Duduk tenang, memperhatikan napas, atau melafalkan paritta dengan penuh kesadaran adalah cara untuk memusatkan pikiran. Namun, konsentrasi tidak hanya berhenti di atas bantal meditasi. Bodhisattva membawa latihan ini ke dalam kehidupan sehari-hari: makan dengan penuh perhatian, berjalan dengan sadar, bekerja tanpa terburu-buru, atau mendengarkan orang lain dengan sepenuh hati. Semua itu adalah wujud Dhyana dalam praktik nyata.
Konsentrasi memberi kekuatan untuk menghadapi kesulitan tanpa terguncang. Saat masalah datang, batin yang terlatih dalam konsentrasi tidak mudah panik, tetapi tetap jernih mencari jalan keluar. Bagi Bodhisattva, ketenangan batin ini sangat penting karena hanya dengan pikiran yang damai ia dapat memberikan pertolongan yang tepat kepada makhluk lain.
Melatih Dhyana Paramita adalah upaya untuk menemukan keteduhan dalam diri, yang kemudian memancar keluar menjadi kedamaian bagi dunia. Dengan konsentrasi, Bodhisattva menjaga batinnya tetap kokoh, sehingga welas asih dan kebijaksanaan dapat tumbuh tanpa batas.