
Festival Ullambana dalam Buddhis Mahayana
Asal-Usul dan Sejarah Ullambana
Istilah Ullambana (Sanskerta: उलम्बन, Pāli: Ullumpana) secara harfiah berarti “digantung terbalik” — yang menggambarkan penderitaan luar biasa yang dialami oleh makhluk di alam-alam rendah, terutama di alam hantu kelaparan (preta). Dalam Buddhisme Mahayana, festival ini sangat berkaitan dengan kisah Maudgalyāyana (Mahā Maudgalyāyana), salah satu murid utama Buddha Śākyamuni yang terkenal karena kekuatan batinnya (iddhi).
Dalam kisah tersebut, Maudgalyāyana melihat ibunya yang telah meninggal terlahir di alam hantu kelaparan akibat perbuatan buruknya semasa hidup — terutama karena kekikiran dan tidak berdana kepada para bhikkhu. Ia berusaha memberi makanan, namun makanan itu berubah menjadi api sebelum sempat dimakan oleh ibunya. Putus asa, ia meminta petunjuk Buddha.
Buddha lalu mengajarkan Maudgalyāyana cara untuk melimpahkan jasa kebajikan dengan mengundang komunitas Sangha dari sepuluh penjuru dan mempersembahkan makanan serta persembahan lainnya pada hari purnama ke-7 bulan ke-7 dalam kalender lunar (sekitar bulan Agustus dalam kalender Masehi). Melalui kekuatan kolektif dari persembahan tersebut, ibunya terbebas dari penderitaan dan terlahir di alam yang lebih baik.
Peristiwa ini menjadi dasar bagi Festival Ullambana, yang dalam bahasa Tionghoa disebut Yúlánpén (盂蘭盆節), dan dikenal juga sebagai Hari Para Arwah (Ghost Festival) di berbagai tradisi Buddhis Asia Timur.
Makna Spiritual Ullambana
Inti spiritual dari Ullambana bukan semata-mata untuk “menolong roh” secara magis, tapi mencerminkan nilai-nilai mendalam dalam Buddhisme, seperti:
1. Bakti anak kepada orang tua
Maudgalyāyana mewakili praktik filial piety (xiao 孝) yang sangat ditekankan dalam budaya Tionghoa dan diintegrasikan ke dalam Mahayana.
2. Pentingnya pelimpahan jasa
Tradisi ini menunjukkan bahwa perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang bisa “didedikasikan” kepada makhluk lain, terutama leluhur, untuk meringankan penderitaan mereka di alam sana.
3. Kekuatan komunitas Sangha
Kehadiran dan doa dari Sangha memiliki kekuatan besar dalam membantu pelimpahan jasa, menunjukkan pentingnya hubungan antara umat awam dan para bhikkhu/mahasangha.
Tradisi dan Praktik Ullambana
1. Pelimpahan Jasa (Dedikasi Meritorious Deeds)
Inti utama festival ini adalah mempersembahkan berbagai persembahan—makanan, dupa, pelita, pakaian, serta dana lainnya—kepada Sangha, dengan niat untuk melimpahkan jasa kepada leluhur atau makhluk yang terlahir di alam sengsara. Di banyak vihara Mahayana, umat akan mengisi formulir pelimpahan jasa yang mencantumkan nama-nama keluarga atau kerabat yang telah meninggal.
2. Ritual Persembahan dan Pembacaan Sutra
Sutra utama yang sering dibacakan adalah Ullambana Sūtra (佛說盂蘭盆經), yang menjadi dasar teks ritual. Selain itu, beberapa vihara juga membacakan Amitabha Sutra, Ksitigarbha Sutra, atau Avatamsaka Sutra sebagai bentuk transfer kebajikan untuk para leluhur.
3. Ritual Penebusan dan Penyucian Arwah
Beberapa vihara mengadakan ritual besar penebusan (施食 atau 放焰口), yaitu persembahan makanan dan pelafalan dharani untuk para preta atau makhluk yang menderita, dipimpin oleh bhikkhu atau master ritual. Makanan simbolik biasanya dibentuk dari nasi dan sayuran dan ditempatkan di altar khusus.
4. Festival dan Budaya Rakyat
Ullambana juga berkembang menjadi festival rakyat. Di Tiongkok, Taiwan, dan Hong Kong, dikenal sebagai Ghost Festival (中元節), dengan tradisi membakar kertas sembahyang, pakaian kertas, atau “uang neraka” untuk para leluhur. Di Jepang, dikenal sebagai Obon, sebuah festival yang menggabungkan unsur Buddhis dan Shinto dengan tarian obon (bon odori), lentera air, dan kunjungan ke makam.
Di Vietnam, disebut Vu Lan, dan menjadi salah satu hari suci terpenting untuk mengekspresikan rasa bakti kepada orang tua, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Umat Buddhis mengenakan bunga mawar merah bila orang tua mereka masih hidup, dan mawar putih bila telah wafat.
Makna Mendalam Pelimpahan Jasa
Ullambana mengajarkan bahwa kesadaran akan penderitaan makhluk di alam bawah seharusnya membangkitkan welas asih, dan tindakan pelimpahan jasa bukan sekadar ritual formalitas, melainkan latihan spiritual yang menumbuhkan cinta kasih universal dan kesadaran atas keterhubungan kita dengan semua makhluk. Dalam Mahayana, pelimpahan jasa merupakan bagian dari praktik pāramitā—yakni berdana (dāna-pāramitā)—yang diarahkan bukan untuk diri sendiri, melainkan demi kebahagiaan semua makhluk.
Makhluk di alam sengsara tidak memiliki kekuatan untuk keluar dari penderitaannya sendiri, dan karena itu membutuhkan dukungan kebajikan dari makhluk lain. Dengan membangun kebajikan dan mempersembahkannya melalui kekuatan batin dan tekad, umat dapat memberi manfaat nyata bagi mereka.
Ullambana bukan hanya sekadar ritual tradisional, tapi merupakan cerminan dari ajaran Mahayana yang mendalam tentang belas kasih, hubungan antar makhluk, kekuatan pelimpahan jasa, dan nilai bakti kepada leluhur. Dari kisah Maudgalyāyana hingga perayaan di berbagai belahan Asia, festival ini menghubungkan umat dengan akar spiritual dan budaya mereka, sekaligus memperkuat tekad untuk menapaki jalan Bodhisattva—yaitu membantu membebaskan semua makhluk dari penderitaan.